Menulis Prolog yang Baik

Prolog bisa diartikan sebagai pembuka cerita. Di bagian prolog inilah pertama kali pembaca memulai untuk memutuskan ingin meneruskan membaca buku tersebut sampai tamat atau cukup menyudahinya hanya beberapa baris saja. Menulis prolog yang baik akan menimbulkan rasa antusias pembaca untuk meneruskan bacaannya. Sementara prolog yang buruk akan membuat buku anda dicampakkan.

Prolog juga penting untuk menarik hati tim penerbit buku agar tertarik membaca naskah kita sehingga memiliki kesempatan yang lebih besar untuk diterima naskanya. Jika membaca prolog saja sudah membuat tim penerbit bosan apalagi ingin membaca naskah kita secara keseluruhan.

Yang paling penting menurut saya dalam menulis prolog yang baik adalah mengundang rasa penasaran pembaca untuk meneruskan bacaannya. Oleh karena itu kita harus memahami beberapa hal di bawah ini :


  • Hal yang menjadi minat pembaca
Setiap pembaca buku tentu ingin membaca buku yang berguna untuk mereka, baik itu menambah pengetahuan atau memberikan hiburan. Pembaca akan segera mengetahui buku itu layak untuk mereka baca atau tidak dari beberapa paragraf awal di dalam buku tersebut. Karena itu kita harus memahami dengan baik apa yang menjadi minat pembaca. Jika buku kita adalah novel tentang cinta, maka kita harus memulainya dengan konflik percintaan yang mungkin bisa dijadikan pembelajaran untuk pembaca. Setidaknya pembaca merasa perlu untuk membaca buku tersebut sebagai bahan pembelajaran. Jika buku kita adalah novel komedi atau novel petualangan, maka setidaknya pembaca punya anggapan bahwa novel kita adalah novel yang benar- benar lucu atau benar- benar bisa membuat pembaca terbawa suasana ketika membacanya. 

Gambar diambil dari ceritacintri.com

  • Apa yang membuat seseorang menjadi penasaran
Penasaran beda dengan kebingungan. Dalam menulis prolog yang baik, penting sekali untuk membuat pembaca penasaran, caranya adalah dengan menuliskan sesuatu yang besar namun jangan terlalu buka- bukaan. Jangan sampai menulis sesuatu yang terlalu besar sehingga membuka inti dari cerita kita sehingga pembaca sudah dapat mengira isi buku tersebut tentang apa. Jangan juga menulis sesuatu yang besar namun membingungkan pembaca. kenapa pembaca bisa bingung? karena mungkin prolog yang kita buat tidak ada kaitannya dengan chapter pertama dalam cerita kita. Hal ini sangat penting. Gambarannya mungkin seperti ini :
Sobat ingin membuat martabak, kemudian sobat semua memberitahukan kepada orang- orang bahwa sobat ingin membuat martabak. Hilanglah sudah rasa ingin tahu orang itu. Tapi jika sobat memberitahukan bahwa sobat ingin membuat makanan paling enak yang bukan hanya enak tapi juga bikin kenyang, orang yang sobat beritahu akan penasaran makanan apa itu. Lalu sobat jelaskan lagi secara rinci satu persatu mulai dari bahan dan cara pembuatannya. 
Walaupun yang sobat buat hanya sebuah martabak, namun sobat mulai dengan sesuatu yang besar, sobat bilang makanan paling enak, kemudian sobat racik bahan dan bumbunya serta cara penghidangannya, maka martabak tersebut akan menjadi sesuatu yang istimewa. 

Sama dengan menulis novel, saya rasa semua novel memiliki kesamaan satu sama lain dari segi tema. kebanyakan temanya tentang cinta, petualangan, konflik rumah tangga dan lain sebagainya. Namun yang membuat satu novel berbeda dengan novel yang temanya sama adalah cara penyajiannya. 

Sebelum saya memberikan contoh, yang terakhir harus kita fahami adalah : 
  • Prolog tidak harus sobat buat pertama kali, sobat bisa membuat prolog saat cerita sobat sudah selesai. 
Saya tidak terlalu yakin dengan penulis yang tidak mengedit prolognya saat tulisannya sudah selesai. Jadi, sobat tidak usah ambil pusing tentang prolog yang harus sobat buat sedemikian rupa sehingga menarik hati para pembaca. Kalau sobat baru mulai menulis cerita sobat saat ini, terus saja lanjutkan menulis sampai akhir baru kemudian sobat buat prolognya. 

Coba sobat perhatikan prolog yang saya buat dari novel saya yang berjudul Tarian Bisu Mentari yang saya tulis di tahun 2014 : 

TARIAN BISU MENTARI


Mentari, seorang wanita yang terlahir dalam kebisuan. Mentari sudah bisu sejak lahir. Ayah dan ibunya, pak Syahid dan bu Ratna kaget saat pertama kali Mentari lahir ke dunia. Tidak seperti anak- anak lain yang semerta- merta menangis memecahkan suasana ketegangan proses persalinan. Mentari hanya terdiam saat pertama kali membuka matanya. Tanpa tangisan yang terdengar. Hanya tetes butiran air mata kecil yang mengalir di pipi mungilnya. Suasana haru bercampur kegembiraan yang mendalam menyelimuti seisi ruang rumah sakit tempat persalinan.
Beberapa saat kemudian, Mentari masih belum mengeluarkan sepatah katapun, Mentari tidak pernah terdengar menangis karena lapar, haus atau ngantuk seperti biasa dilakukan seorang bayi. Pak Syahid dan Bu Ratna memeriksakan kelainan Mentari di berbagai rumah sakit dan tidak mendapat jawaban yang menggembirakan.
Pak Syahid dan Bu Ratna tidak menyerah begitu saja. Mentari adalah anak pertama dan anak satu- satunya yang sudah diharapkan kehadirannya oleh pasangan suami istri ini selama hampir 10 tahun usia pernikahan mereka. Sejak kecil sampai beranjak dewasa mereka selalu membawa Mentari dari satu kota ke kota lain dan dari satu negara ke negara lain untuk mencari solusi kesembuhan bagi Mentari agar dapat berbicara.
Mungkin karena rasa sayang orang tuanya ini, mentari pun terharu dan suatu ketika menulis sebuah surat kepada orang tuanya yang isinya :
Ayah... bunda...
Matahari tidak pernah berbicara
Dia hanya memberikan cahaya hangatnya untuk kita.
Dia hanya ingin berada di saat yang kita butuhkan.
Megitu juga Mentari...
Mentari hanya ingin berada dekat ayah dan bunda dalam kebahagiaan
Walaupun suara mentari tak bisa terdengar
Asalkan bunda dan ayah melihat mentari bahagia, bahagia bersama ayah dan bunda....
Yang terlukis di senyum mentari saat kita bersama...

Karena surat ini akhirnya pak Syahid dan bu Ratna menghentikan pencarian mereka terhadap pengobatan Mentari. Mereka memutuskan untuk lebih memfokuskan diri membahagiakan anak mereka satu- satunya ini. mereka kemudian menetap di desa, agar mentari dapat hidup tenang dan bahagia.


Di Desa Setia Mulya Kecamatan Tarumajaya, Mentari bersama ayah dan ibunya tinggal. Disini Mentari menemukan satu hal yang sangat menarik hatinya. Mentari melihat tarian indah di sebuah sanggar tari milik Ibu Cendana. Mentari pun ikut menjadi murid sanggar tari Cendana dan mulai menghabiskan setiap waktu dalam kehidupannya menari dan terus menari. Mentari menari dengan sangat indah. Orang yang melihat tarian Mentari tidak akan menyangka bahwa di balik tarian indahnya ada kepedihan yang mendalam.


Seorang pemuda tanpa disadari Mentari terus memperhatikan dari kejauhan. Pemuda desa berwajah manis, kulit sawo matang sedikit kehitaman karena sering tersengat matahari, rambut ikal pendek berwarna hitam, mata besar namun teduh terpancar rasa kagum yang mendalam. Pemuda desa bernama Cakra, setiap hari selalu menyempatkan diri untuk sekedar melihat gerakan lembut dan gemulai para penari di sanggar ibu Cendana. Mentari adalah seorang yang selalu diperhatikannya. Tariannya yang lemah gemulai, pancaran wajah Mentari yang menunjukkan kegembiraan dan kadang terlukis senyuman indah di bibirnya membuat pemuda ini tak melepaskan pandangannya sedetikpun dari Mentari. Pandangan matanya bukan pandangan nakal lelaki mata keranjang, tapi pandangan kekaguman bahkan mungkin merupakan pandangan cinta dan sayang. 


Comments

Popular posts from this blog

MALAS, Musuh Terbesar Produktifitas

Menulis dan Menerbitkan Buku itu Mudah

Plagiat yang bijak