Tokoh yang Hidup dalam Cerita

Untuk menulis sebuah cerita terutama novel dan cerita serial yang panjang, yang harus pertama kali sobat perhatikan adalah tokoh. Tokoh dalam cerita memiliki peran penting agar ceritanya menjadi lebih menarik dan nyata.
Seorang Bastian Tito, penulis kisah serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Naga Geni 212 adalah penulis idola saya dan sangat menginspirasi saya dalam mendeskripsikan tokoh dalam cerita. Beliau berhasil menciptakan tokoh yang hidup dalam cerita tersebut. Dari ratusan episode yang telah saya baca, saya seperti telah mengenali siapa- siapa saja tokoh dalam cerita tersebut walau terkadang seorang Bastian Tito tidak menyebutkan nama dalam ceritanya hanya deskripsi tokohnya saja.

Bagaimana seorang Bastian Tito dapat membuat tokoh- tokoh dalam ceritanya seakan hidup dan sedang memerankan cerita yang ditulisnya, sehingga kita yang membaca cerita tersebut dapat membayangkan suasana dalam cerita tersebut.

Saya memang belum pernah berbicara langsung dengan Almarhum Bastian Tito, tapi dari karangan- karangannya dan gaya penulisan tokohnya saya dapat simpulkan beberapa hal sebagai berikut untuk membuat tokoh yang hidup dalam cerita :


  • Memiliki catatan/ gambaran fisik secara lengkap tokoh yang kita buat.
Jika kita ingin menulis sebuah cerita dengan tokoh misalnya bernama Hammas, maka kita harus membuat catatan khusus tentang Hammas. Catatan khusus itu memuat data fisik Hammas yang dapat saya contohkan seperti di bawah ini : 

Hammas : 
Usia  25 Tahun 
Tinggi 170 cm
kulit sawo matang
rambut panjang sebahu berwarna hitam
alis tipis
mata memiliki sedikit bercak merah karena sering begadang
hidung mancung
badan teggap dan kekar

data diatas hanya contoh, sobat semua bisa menambahkan data fisik lain sesuai dengan karakter yang sobat buat. Data fisik tersebut nantinya akan sobat hubungkan dengan kebiasaan, hoby, sifat, dan data pendukung lain yang dapat menggambarkan secara utuh tokoh yang sobat buat sehingga sobat dapat membuat tokoh yang hidup dalam cerita. 

Saya menulis data fisik tersebut pada file yang berbeda sehingga nanti begitu saya menulis cerita data fisik tersebut akan saya jadikan rujukan untuk membuat dan mengembangkan alur cerita. Contohnya dari data Hammas di atas saya dapat membuat pembukaan seperti ini : 

Seorang lelaki berbadan tegap berdiri sendirian di lorong sepi. Matanya yang merah nyalang seakan menyala terpengaruh oleh gelapnya malam. Sebentar- sebentar pemuda ini menyibak rambut panjangnya yang tertiup angin. Walaupun udara malam itu cukup dingin ternyata tidak membuat lelaki tinggi besar ini meninggalkan tempat terkutuk itu. Beberapa saat terlihat hidung mancungnya mendengus keras, dadanya yang bidang bergoncang sementara kedua tangan terkepal bergetar menahan amarah. Di ujung lorong yang buntu, di hadapan lelaki gagah ini terkapar mengenaskan satu jasad berlumuran darah yang mulai mengental.Dalam amarahnya lantas keluar makian kesal dari mulutnya. "Biadab, kejam kau Jarot. Sampai ke liang kubur pun aku tak akan melepaskanmu"
Jika sobat sudah memiliki data pribadi dari tokoh yang sobat buat, sobat akan sangat mudah memadukannya dengan suasana dan alur pada cerita sehingga akan tampak lebih dramatis. Coba bandingkan dengan pembukaan di bawah ini :
Hammas berdiri sendirian di ujung lorong sepi, di depannya terkapar satu jasad berlumuran darah yang mulai mengental. Dalam marahnya Hammas berkata "Biadab, kejam kau Jarot. Sampai ke liang kubur pun aku tak akan melepaskanmu"
Pada pembukaan kedua ini pembaca tidak bisa membayangkan ekspresi Hammas, semarah apa dia. Ekspresi yang bagus tidak akan sobat dapatkan jika sobat tidak punya data tentang tokoh yang sobat tulis. Karena itu memiliki data tokoh adalah merupakan hal yang penting agar tokoh yang sobat tulis menjadi lebih hidup.

  • Memiliki catatan/ gambaran tentang bahasa tubuh (Gesture)
Hal penting yang juga harus sobat punya adalah gambaran tentang bahasa tubuh (gesture). Sobat harus bisa membayangkan apa yang dilakukan seseorang saat dia menangis, saat dia tertawa, saat merasa gelisah, saat marah dan lain sebagainya. Setiap orang dalam kehidupan nyata memiliki gestur yang tidak selalu sama. Bisa saja si A yang pemalu hanya akan mengukir senyum tipis di wajahnya saat ada hal yang lucu. lain dengan si B yang mungkin akan membuka mulutnya lebar- lebar serta melintangkan tangannya ke depan dengan jari telunjuk yang terbuka. 
Intinya sobat harus mendeskripsikan juga gesture tokoh sobat sehingga pembaca akan mengenali tokoh sobat dengan cara dia tertawa, atau cara dia marah dan lain sebagainya. 

  • Latar belakang tokoh
Segala bentuk sifat, karakter dan kepribadian seseorang tidak lepas dari latar belakang orang tersebut. Sobat coba untuk membangun hal itu dalam cerita yang sobat buat. Setelah sobat tadi memiliki data fisik dan data gesture, tentunya sobat juga memerlukan data pendukung berupa latar belakang tokoh yang sobat buat. Latar belakang tokoh ini nantinya akan sangat berguna ketika sobat mulai masuk dalam alur inti cerita. Sobat akan dapat mengembangkan ide cerita menjadi lebih menarik dengan adanya data latar belakang ini. 
Contoh seperti Hammas diatas, kenapa dia sampai bertampang berandal seperti itu?. 
Sobat buat data latar belakangnya. Misalnya Hammas anak yatim piatu yang harus berhenti sekolah di tingkat SMP, terpaksa mencari nafkah sendiri dengan cara menjadi pengamen, kemudian terbawa arus sehingga menjadi preman terminal, memiliki banyak musuh sesama preman dan lain sebagainya. 

Sobat sudah bisa membayangkan tokoh seperti apa yang ingin sobat buat dalam cerita sobat?, kalau begitu sebelum pembaca mengenal tokoh yang sobat buat, alangkah lebih baiknya jika sobat semua lebih mengenal tokoh buatan sobat tersebut. 

Bagaimana pembaca bisa tertarik membaca cerita yang sobat tulis jika sobat sendiri tidak mengenal dengan baik siapa tokoh yang ada dalam cerita sobat tersebut. 

Selamat berkarya!


Comments

Popular posts from this blog

MALAS, Musuh Terbesar Produktifitas

Menulis dan Menerbitkan Buku itu Mudah

Plagiat yang bijak